Sesuap informasi untuk petani

Kamis, 13 Oktober 2016

BUSMETIK, SOLUSI PETAMBAK UDANG SKALA KECIL



BUSMETIK, SOLUSI PETAMBAK UDANG SKALA KECIL

Pengembangan teknologi Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik atau yang dikenal dengan Busmetik saat ini sedang gencar digalakkan. Pengembangan Busmetik merupakan upaya meningkatkan produktivitas dan efisien produk hasil perikanan yang makin diminati pasar lokal dan internasional.
Busmetik merupakan pengembangan teknologi budidaya udang, yang saat ini dijadikan media pembelajaran untuk mencetak peserta didik yang terampil dalam budidaya udang. Mengapa udang? Tak lain karena hingga saat ini udang menjadi komoditas bisnis yang sangat menguntungkan.
Teknologi Busmetik merupakan hasil kajian empiris sejak akhir tahun 2009, yang dilakukan oleh civitas akademika Sekolah Tinggi Perikanan (STP). Inilah instrument pokok dalam pembelajaran pendidikan vokasi untuk program studi Teknologi Akuakultur di STP Serang, Banten.
Banyak keuntungan dari teknologi Busmetik, antara lain biaya murah sehingga terjangkau oleh petambak kecil dan menegah. Pengolahan tambak pun menjadi lebih mudah karena luasan petak menjadi lebih kecil dibandingkan tambak ekstensif/tradisional.
Teknologi Busmetik sangat cocok untuk budidaya udang vannamei (Litopeneus vannamei) karena udang vannamei dapat dipelihara dalam kepadatan tinggi, di atas 100 ekor/m3. Selain itu, udang vannamei memiliki pertumbuhan lebih cepat, lebih tahan terhadap penyakit, dan memiliki segmen pasar yang fleksibel.
Prosedur pemeliharaan
Beberapa komponen penting dalam penerapan teknologi Busmetik, yaitu:
(1) Wadah budidaya.
(2) Media budidaya.
(3) Biota budidaya.
(4) Lingkungan sekitar.
Wadah budidaya dibuat dengan dimensi yang tidak terlalu luas dan dilapisi plastik jenis high density poly ethylene (HDPE) dengan ketebalan 0,5 mm. Sementara kedalaman tambak berkisar 80—100 cm. Media budidaya, dalam hal ini air, harus memenuhi kriteria secara fisik, kimia, maupun biologi. Di samping itu, bebas dari hama dan penyakit. Biota budidaya yang akan dibudidayakan harus sehat, berukuran seragam (PL 10—12) dan bebas dari penyakit. Sementara dalam teknologi Busmetik, kondisi sekeliling tambak sangat berpengaruh. Oleh sebab itu, tambak hendaknya dikelilingi ekosistem mangrove.





Udang vannamei memiliki pertumbuhan lebih cepat dan lebih tahan terhadap penyakit (istimewa).

           Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Pusluh), proses pemeliharaan udang pada teknologi Busmetik diawali dengan penyiapan petakan tambak. Dimensi tambak berbentuk empat persegi panjang dengan luas 600—1.000 m2. Petakan tambak yang dilapisi plastik akan sangat memudahkan persiapan. Tambak cukup dikeringkan 1—2 hari, lalu dibersihkan dan selanjutnya siap diisi air.
Kegiatan selanjutnya adalah pensucihamaan dengan mengunakan kaporit. Dosis kaporit yang digunakan 50—60 mg per liter. Setelah 2—3 hari, air di dalam tambak akan netral dari klorin dan siap untuk diberikan bakteri probiotik jenis Bacillus.
Berdasarkan rilis Pusluh, ada dua faktor penting yang harus diperhatikan dalam memberikan probiotik jenis Bacillus. Pertama, stochastic, yaitu berkaitan dengan waktu untuk memberikan probiotik. Kedua, deterministic, yaitu dosis yang cukup agar Bacillus mampu menjalankan perannya dengan baik.
Berdasarkan pemahaman terhadap kedua faktor tersebut, dalam teknologi Busmetik, Bacillus diberikan pada awal persiapan setelah air tambak netral dari klorin. Hal ini dimaksudkan agar Bacillus mendominasi mikroorganisme pada media pemeliharaan. Selanjutnya, pemberian Bacillus dilakukan secara berkala hingga akhir pemeliharaan untuk mempertahankan populasinya dalam air tambak. Pengalaman lapangan membuktikan, aplikasi Bacillus dengan cara seperti ini mampu mempertahankan kualitas air tambak lebih lama sehingga udang lebih stabil dan meminimalkan pergantian air.
Teknologi Busmetik telah terbukti menghasilkan panen udang dengan maksimal, yaitu tiga kali panen dalam 1 tahun. Tak heran jika pada tahun 2013, teknologi Busmetik mendapatkan apresiasi dari Menteri Kelautan dan Perikanan, yang waktu itu dijabat oleh Sharif C. Sutardjo.
Sebagai contoh, berdasarkan pengalaman kelompok pembudidaya ikan Posdaya Mulyosari di Desa Sidomulyo, Ngadirejo, Pacitan, Jawa Timur, empang seluas 600 m2 dengan padat tebar tinggi 250 ekor/m3 menghasilkan 2.280 kg udang vannamei. Volume panen sudah memperhitungkan kelangsungan hidup udang selama budidaya sebesar 95%.
Empang plastik dapat dipakai untuk 3 kali siklus budidaya. Dengan investasi awal sebesar Rp 165 juta dan ongkos operasional Rp 67 juta, pendapatan per siklus mencapai Rp 114 juta. Bila dihitung setiap siklus, petambak Busmetik dapat memetik laba bersih sebesar Rp 47 juta di luar nilai investasi.
Produksi udang harus terus ditingkatkan guna mendongkrak peningkatan produksi perikanan budidaya secara nasional. Oleh sebab itu, di samping mengembangkan wirausaha dan perluasan lapangan pekerjaan, berbagai upaya akan terus dilakukan termasuk inovasi teknologi, salah satunya dengan teknologi Busmetik. Melihat hasil produksi udang yang sangat menjanjikan dalam Busmetik, sudah saatnya inovasi teknologi ini dapat diterima oleh masyarakat secara luas, terutama pelaku perikanan budidaya. Dengan begitu, keberhasilannya diharapkan dapat meningkatkan produksi udang nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kala itu, Sharif mengatakan bahwa teknologi Busmetik mampu meningkatkan produktivitas udang sehingga perlu terus dikembangkan. Harapannya, pengembangan tidak hanya dilakukan pemerintah, melainkan juga pihak swasta. Sharif menerangkan bahwa sejumlah tenaga ahli perikanan dari negara lain juga sudah mempelajari teknik budidaya tersebut dan berharap bisa dikembangkan di negaranya masing-masing. Tenaga ahli perikanan asing tersebut antara lain nerasal dari Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, India, dan China.
“Kesempatan memproduksi udang dengan teknologi Busmetik harus bisa dimanfaatkan Indonesia, mengingat sejumlah negara pesaing saat ini produksi udangnya gagal karena terserang penyakit ‘Early Mortality Syndrome (EMS)’ yang mematikan,” ujarnya. “Saya berharap agar di masa datang Indonesia tidak tertinggal lagi soal budidaya udang dari negara yang justru sebelumnya belajar dari kita. Kemampuan teknologi ini hendaknya bisa terus ditingkatkan dan terus dilakukan inovasi” (Althaf Danayah).

Daftar Pustaka:

Anonim. 2016. Busmetik, Solusi Petambak Udang Skala Kecil. http://infoakuakultur.com/blog/busmetik-solusi-petambak-udang-skala-kecil/#prettyPhoto. Diakses pada 13 Oktober 2016 pukul 13.18 WIB.


Nama    : Dyah Ayu Dwi Lestari
NIM       : 15/383470/PN/14301

2 komentar:

  1. Nama : Avin Larasati
    NIM : 15/383544/PN/14375
    Gol/Kel : B1/1

    Nilai berita :
    1. Proximity
    Tulisan bersifat dekat dengan nelayan, karena pertambakan udang adalah hal yang sudah cukup lama dilakukan sehingga sudah sangat dekat dengan nelayan selain itu empang dan plastik yang digunakan sebagai tempat perkembangbiakan juga sudah bukan hal asing lagi, otomatis sudah dekat dengan nelayan.
    2. Importance
    Informasi dari artikel sangat berkaitan dan dibutuhkan oleh nelayan terutama para penambak udang untuk mengetahui perkembangan inovasi yang ada serta mengetahui prosedur yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan busmetik.
    3. Consequence
    Karena metode busmetik memerlukan plastik dalam pengaplikasinnya maka harus dilakukan perawatan khusus yang berbeda dengan pertambakan biasa agar tidak timbul kontaminasi penyakit dan kebocoran pada plastik, selain itu kondisi air juga perlu dijaga agar sesuai kebutuhan udang baik secara fisik, kimia, maupun biologis.
    4. Development
    Pertmabakan dengan busmetik memberi hasil keuntungan yang nyata dimana 3 kali panen dalam setahun menghasilkan keuntungan maksimal di tahun 2013 dan laba bersih yang dapat dipetik sebesar 47juta diluar investasi. Hal ini jelas sangat membangun perekonomian local untuk menunjang pembangunan bangsa.

    Nilai penyuluhan :
    1. Adanya sumber teknologi atau ide
    Penggunaan plastik jenis HDPE untuk empang dalam pengaplikasian busmetik merupakan ide yang cukup baik untuk menunjang kegiatan pertambakan udang yang lebih mudah dan fleksibel dalam penggunaan tempat.
    2. Adanya sasaran
    Sasaran dalam implementasi busmetik ada dua. Yang pertama sasaran langsung yaitu nelayan terutama penambak udang. Dan sasaran tidak langsungnya yaitu para perangkat desa/daerah sekitar pesisir untuk mensosialisasikan dan juga mahasiswa yang dapat memberi penyuluan kepada nelayan.
    3. Adanya manfaat
    Busmetik ini sangat memberikan manfaat kepada petambak udang karena secara ekonomi lebih murah, pertumbuhan lebih cepat, lebih tahan penyakit, dan memiliki segemen pasar yang fleksibel.
    4. Adanya nilai pendidikan
    Teknologi busmetik ini dapat dikatakan menarik untuk dipelajari karena berbagai keuntungan yang diberikan seperti penggunaan bahan-bahan murah yang tidak sulit didapatkan dan juga cara pemasangannya yang tidak begitu sulit. Namun perlu juga mempelajari teknik-teknik yang baik dan benar agar implementasi yang dilakukan dapat berjalan baik sehingga pembelajaran mengenai penggunaan sangat penting dan menarik.

    BalasHapus
  2. Keberpihakan :
    Saya setuju dengan penerapan busmetik dalam pertambakan udang dengan melihat masa sekarang ini yang ketersediaan tempatnya semakin minim sehingga sulit untuk melakukan pertambakan murni seperti biasa, busmetik ini lebih efektif untuk diterapkan pada masa ini karena hanya memerlukan empang dan juga plastik khusus sehingga tidak memakan banyak tempat dan pemanenannya yang mudah, selain itu penggunaannya bisa sampai 3 kali pemakaian. Hal lainnya karena penerapan busmetik ini lebih tahan penyakit, kita ketahui belakangan ini semakin banyak penyakit dan hama yang menyerang dengan mudah sehingga busmetik ini lebih menguntungkan.
    Namun di sisi lain saya sedikit memiliki kontra yaitu pada penggunaan plastik. Plastik sekarang merupakan salahsatu masalah terbesar yang meimbulkan kerusakan lingkungan, semakin banyak plastik yang kita gunakan maka semakin banyak pula kerusakan lingkungan yang akan kita timbulkan. Plastik busmetik yang sudah digunakan nantinya hanya akan menjadi sampah dan menambah jumlah sampah plastik. Sebaiknya bagaimana kita menanggulangi sampah sisa busmetik tersebut?

    Terimakasih, artikel yang bermanfaat :)

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Recent Posts

Categories

Pages