Sesuap informasi untuk petani

Jumat, 14 Oktober 2016

Meraup Untung dari Budidaya Ikan Nila

Meraup Untung dari Budidaya Ikan Nila


Muhammad Saryanto warga Pusmalang Wukisari, Cangkringan RT 04/RW 06, Sleman, Yogyakarta adalah salah satu dari sekian ratus orang yang berhasil dalam usaha pembesaran ikan nila. Sejak tahun 2010, pria berumur 47 tahun ini membudidayakan nila Raja Singa Super (nila RSS) yang merupakan verietas baru pada jenis nila.

Ikan ini menurut Suryanto, mempunyai kecepatan tumbuh lebih cepat dibanding nila umumnya, yaitu mampu panen dalam waktu 58 hari untuk ukuran konsumsi seberat 300-400 gram.
Munculnya ikan varietas baru, nila Raja Singa Super (nila RSS), menggugah hasrat ketertarikan Saryanto terhadap Budidaya ikan dimulai sejak tahun 2008. Saat itu ia membudidayakan ikan lele. Namun ketika melihat teman-temannya mampu meraup untung melimpah dari Budidaya nila varietas baru ini, ia pun beralih membudidayakan nila RSS. Dia lantas mendatangi pelopor usaha pembibitan nila RSS, yaitu Rahadian Surya yang punya tambak di Cangkringan Sleman Yogyakarta, dan dari situlah ia membeli benih nila RSS.
Berbekal modal awal Rp4 juta, Saryanto membeli benih ikan nila RSS. Varietas baru ikan nila ini merupakan hasil perkawinan silang anakan ikan nila Raja Singa yang memiliki nama asli Citralada dengan indukannya.
Saat mencoba memulai usaha pembesaran ikan nila RSS dengan modal tersebut, Saryanto membeli benih ikan seukuran kira-kira ukuran 2 jari dengan jumlah 6 ribu ekor benih untuk satu kolam ukuran 5 m x 10 m x 1 m.
Benih tersebut ia beli seharga Rp 1,2 juta atau harga benih per ekor Rp 200. Sisa modal Rp 4 juta tersebut digunakan Saryanto untuk membeli pupuk, pakan, dan peralatan Budidaya seperti terpal, jaring, lambit, dan lainnya.
Dari hasil tebar 6 ribu ekor ikan nila RSS itu, didapat hasil panen yang ternyata lumayan besar 529 kg. Dari situlah Saryanto akhirnya berpikir untuk menambah kolam pembesarannya sebanyak 4 kolam.
Kolam-kolam tersebut berukuran 5 m x 10 m x 1 meter. Saryanto sebelumnya sudah memiliki kolam tanah sebanyak 15 kolam. Kolam itu sebelumnya dipakai untuk Budidaya ikan lele.
Menurut Saryanto, pemakaian kolam tanah sangat baik dibanding memakai kolam beton. Hal ini karena Budidaya ikan pada kolam tanah akan membantu penyediaan pakan alami untuk ikan terutama plankton. Perombakan sisa pakan dan metabolisme ikan juga bisa terurai secara alami.
Selain itu, dari segi ekonomis biaya yang dikeluarkan untuk membuat kolam tanah relatif murah. Berbeda dengan Budidaya ikan di kolam beton/semen, penyediaan pakan alami pada kolam beton lebih sedikit, dan proses penguraian alami sulit terjadi. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat kolam semen juga lebih mahal.
Kolam untuk Budidaya ikan ini tidak perlu dikuras, karena menggunakan konsep air mengalir/tidak tergenang, ditunjang dengan sistem inlet (pemasukan) dan outlet (pengeluaran) air, sehingga air di kolam pemeliharaan berganti otomatis tiap hari. Kolam Budidaya ini bisa memanfaatkan aliran air dari mata air atau sungai. (hiu)


Daftar Pustaka:

Red. 2016. Meraup Untung Dari Budidaya Ikan Nila. http://www.suarakarya.id/2016/01/21/meraup-untung-dari-budidaya-ikan-nila.html. Diakses pada 14 Oktober 2016 pukul 08.32 WIB.



Nama : Mutiara Kurnia Wati 
NIM    : 15/383565/PN/14396

2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Recent Posts

Categories

Pages