Meraup Untung dari Budidaya Ikan
Nila
Muhammad Saryanto warga Pusmalang Wukisari,
Cangkringan RT 04/RW 06, Sleman, Yogyakarta adalah salah satu dari sekian ratus
orang yang berhasil dalam usaha pembesaran ikan nila. Sejak tahun 2010, pria
berumur 47 tahun ini membudidayakan nila Raja Singa Super (nila RSS) yang
merupakan verietas baru pada jenis nila.
Ikan ini menurut Suryanto, mempunyai kecepatan
tumbuh lebih cepat dibanding nila umumnya, yaitu mampu panen dalam waktu 58
hari untuk ukuran konsumsi seberat 300-400 gram.
Munculnya ikan varietas baru, nila Raja Singa Super
(nila RSS), menggugah hasrat ketertarikan Saryanto terhadap Budidaya ikan
dimulai sejak tahun 2008. Saat itu ia membudidayakan ikan lele. Namun ketika melihat teman-temannya mampu meraup
untung melimpah dari Budidaya nila varietas baru ini, ia pun beralih
membudidayakan nila RSS. Dia lantas mendatangi pelopor usaha pembibitan nila
RSS, yaitu Rahadian Surya yang punya tambak di Cangkringan Sleman Yogyakarta,
dan dari situlah ia membeli benih nila RSS.
Berbekal modal awal Rp4 juta, Saryanto membeli
benih ikan nila RSS. Varietas baru ikan nila ini merupakan hasil perkawinan
silang anakan ikan nila Raja Singa yang memiliki nama asli Citralada dengan
indukannya.
Saat mencoba memulai usaha pembesaran ikan nila RSS
dengan modal tersebut, Saryanto membeli benih ikan seukuran kira-kira ukuran 2
jari dengan jumlah 6 ribu ekor benih untuk satu kolam ukuran 5 m x 10 m x 1 m.
Benih tersebut ia beli seharga Rp 1,2 juta atau
harga benih per ekor Rp 200. Sisa modal Rp 4 juta tersebut digunakan Saryanto
untuk membeli pupuk, pakan, dan peralatan Budidaya seperti terpal, jaring,
lambit, dan lainnya.
Dari hasil tebar 6 ribu ekor ikan nila RSS itu,
didapat hasil panen yang ternyata lumayan besar 529 kg. Dari situlah Saryanto
akhirnya berpikir untuk menambah kolam pembesarannya sebanyak 4 kolam.
Kolam-kolam tersebut berukuran 5 m x 10 m x 1
meter. Saryanto sebelumnya sudah memiliki kolam tanah sebanyak 15 kolam. Kolam
itu sebelumnya dipakai untuk Budidaya ikan lele.
Menurut Saryanto, pemakaian kolam tanah sangat baik
dibanding memakai kolam beton. Hal ini karena Budidaya ikan pada kolam tanah
akan membantu penyediaan pakan alami untuk ikan terutama plankton. Perombakan
sisa pakan dan metabolisme ikan juga bisa terurai secara alami.
Selain itu, dari segi ekonomis biaya yang
dikeluarkan untuk membuat kolam tanah relatif murah. Berbeda dengan Budidaya
ikan di kolam beton/semen, penyediaan pakan alami pada kolam beton lebih
sedikit, dan proses penguraian alami sulit terjadi. Biaya yang dikeluarkan
untuk membuat kolam semen juga lebih mahal.
Kolam untuk Budidaya ikan ini tidak perlu dikuras,
karena menggunakan konsep air mengalir/tidak tergenang, ditunjang dengan sistem
inlet (pemasukan) dan outlet (pengeluaran) air, sehingga air di kolam
pemeliharaan berganti otomatis tiap hari. Kolam Budidaya ini bisa memanfaatkan
aliran air dari mata air atau sungai. (hiu)
Daftar Pustaka:
Red. 2016. Meraup Untung Dari Budidaya Ikan Nila. http://www.suarakarya.id/2016/01/21/meraup-untung-dari-budidaya-ikan-nila.html. Diakses pada 14 Oktober 2016 pukul 08.32 WIB.
Nama : Mutiara Kurnia Wati
NIM : 15/383565/PN/14396
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus