Minggu, 06 November 2016
Jumat, 14 Oktober 2016
Gurihnya Bisnis Abon Ikan
Gurihnya
Bisnis Abon Ikan
Zaman dahulu abon merupakan makanan yang
terbuat dari daging sapi, makan ini sangat banyak digemari orang karena daging
sapi dikelola hingga teksturnya lembut dan mudah dicerna, namun saat ini harga
daging sapi selalu melambung tiap tahunnya hingga membuat orang berfikir
membuat abon dari bahan dasar lainya yang mudah didapat dan harganya
terjangkau. Ikan merupakan pilihan yang tepat untuk membuat abon, tekstur
daging ikan yang lebih lembut dibanding dengan daging sapi akan membuat hasil
olahan abona akan lebih lebih lembut dibanding dengan abon sapi.
Menjadikan ikan sebagai bahan dasar abon
merupakan pilihan yang tepat bagi anda yang ingin membuka bisnis kuliner abon,
pada dasarnya hampir semua ikan dapat anda jadikan abon hanya pada saat ini
yang mulai rame abon ikan tuna, ikan lele, dan ikan bandeng. ketiga ikan
tersebut sangat mudah didapatkan. Bagi anda yang berada diwilayah pesisir
pantai, anda dapat menjadikan ikan tuna sbagai bahan dasar usaha abon anda, namun
bagi anda yang jauh dari aroma pantai alangkah baiknya anda menjadikan ikan
lele maupun ikan bandeng sebagai pilihan tepat usaha anda. Kandungan pada ikan
tidak kalah dengan kandungan pada daging sapi, kita ketahui bahwa kandungan
omega pada ikan laut sangat tinggi sehingga menjadikan abon ikan tuna sangat
cocok bagi anak-anak, selain banyak mengandung omega, abon ikan tuna juga mudah
dicerna oleh anak-anak karena tekstur yang lembut.
Darimana
saya memulai usaha ini?
Sebelum memulai
segala sesuatu hendaknya anda melakukan persiapan agar yang anda rencanakan
dapat berjalan lancar, terlebih jika anda ingin membuka usaha dengan modal yang
tidak sedikit, tentunya anda melakukan konsultasi dengan para ahli yang
terlebih ddahulu terjun dalam dunia bisnis. Berikiut adalah hal yang hendaknya
anda lakukan sebelum membuka usaha abon ikan :
- Siapkan tempat untuk produksi, tempat ini akan merupakan kantor kerja anda nantinya, karena bergerak dibidang kuliner maka yang perlu anda perhatikan adalah kebersihan, agar produk anda terlihat hygienist maka kebersihan tempat merupakan hal yang sangat penting.
- Sediakan alat produksi, alat produksi disini tentunya menyesuaikan budget yang anda miliki. yang wajib anda miliki dalam pembuatan abon adalah mesin peniris minyak, mengingat abon yang banyak mengandung minyak tidak akan bertahan lama maka anda memerlukan mesin untuk meniriskan minyak. Jika budget yang anda miliki cukup besar maka sebaiknya anda menggunakan mesin agar hasil produksi dapat maksimal. Adapaun mesin yang adan butuhkan adalah panci presto, mesin suwir bon, mesin penggorengan, mesin peniris, dan sealer.
- Sediakan nama bagi produk anda, gunakan saja nama yang mudah diingat orang sehingga orang akan cepat mengenal produk abon anda.
- Daftarkan nama usaha anda, untuk meyakinkan konsumen anda dapat mendaftarkan produk anda sehingga anda akan mendapatkan nomor dari BPOM yang dapat anda cantumkan pada produk anda sehingga orang yakin akan produk anda.
Dimana
nantinya saya menjual abon nantinya?
Setiap orang yang
akan membuka usaha pastinya memikirkan dimana nantinya produknya akan dijual,
seperti saat anda membuka usaha ternak ayam maka anda terlebih dahulu tahu
orang yang akan mau membeli ayam anda saat panen. Begitu juga dengan usaha abon
ini, karena ini produk anda adalah olahan kuliner maka alangkah baiknya anda
menawarkan pada tetangga anda atupun orang terdekat anda maupun rekan kerja
anda, jika respon mereka baik anda dapat mulai menitipkan pada warung terdekat,
pasar, kantin dimana anda bekerja atupun dapat juga pada pusat oleh-oleh.
Semakin banyak toko yang anda titipi produk adan maka akan semakin banyak pula
orang yang akan mengenal anda.
Bagaimana
cara membuat abon ikan?
Setelah anda
membaca artikel diatas tentunya anda mempunyai gambaran bisnis abon yang
menjajijkan, kini saatnya anda mengetahui proses pembuatan abon dari awal
hingga abon ikan kemasan siap saji. Berikut yang terlebih dahulu anda siapkan
sebelum memulai membuat abon ikan (kita mengambil contoh ikan tuna, anda dapt
juga mengganti dengan ikan lele maupun bandeng, paten):
Bahan Utama:
- 500 gram ikan tuna
- 300 ml santan dari 1 butir kelapa
- 2 sendok makan gula merah
- 2 sendok makan bawang putih goreng
- 2 buah cabai merah, buang biji, iris serong tipis, goreng sebentar
Bumbu Halus:
- 1 cm kunyit
- 8 butir bawang merah
- 3 siung bawang putih
- 1/2 sendok teh merica
- 4 butir kemiri, sangrai
- 2 1/2 sendok teh garam
Setelah semua bahan berhasil anda kumpulkan maka
saatnya anda membuat abon ikan tuna, ikuti langkah sebagai berikut:
- Kukus ikan tuna hingga lunak tetapi tidak hancu, usahakan anda menggunakan panci presto sehingga tulang ikan ikut lunak.
- Parut atau suwir-suwir ikan,jika menggunakan mesin anda dapat menggunakan mesin suwir abon sehingga akan menghemat waktu dan tenaga namun meningkatkan angka produksi anda.
- Panaskan 2 sdm minyak, tumis bumbu halus, serai dan jahe hingga harum.
- Masukkan ikan dan santan, aduk rata. Masak dengan api kecil sambil diaduk hingga kering. Untuk memasak anda dapat juga menggunakan mixer abon yang digunakan sekaligus untuk memasak.
- Panaskan minyak, goreng adonan ikan hingga kering. Angkat dan tiriskan.
- Pres atau peras hingga minyaknya tiris. Usahakn selalu menggunakan mesin peniris minyak / spinner agar minyak benar-benar hilang, hal ini akan membuat abon ikan anda lebih awet.
- Abon siap dikemas.
Mudah bukan cara pembuatan abon ikan
diatas, hanya dalam 6 langkah anda dapat mulai memasarkan abon ikan anda. Jika
anda berniat membuat usaha dalam skala menengah keatas hendaknya anda terlebih
dahulu mengkonsultasikan pada penjual mesin usaha abon yang terpercaya, hal ini
akan menghindarkan anda dari penggunaan mesin yang tidak berguna dan hal-hal
yang tidak diinginkan.
Sumber : http://www.konsultasiusaha.com/gurihnya-bisnis-abon-ikan/. Diakses jumat, 14 Oktober 2016 pukul 18.24 WIB.
Widyanti Noviya Dewi
15/378289/PN/14095
DPKP B1
Budidaya Ikan Nila Sistem Bioflok Alternatif Cara Modern
Budidaya Ikan
Nila Sistem Bioflok Alternatif Cara Modern
Ikan nila adalah sejenis ikan
konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian
timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di
kolam-kolam air tawar di Indonesia. Maka dari itu, tak heran jika budidaya ikan
nila sering ditemui di Indonesia. Cara budidaya ikan nila sangat beragam salah
satunya budidaya ikan dengan sistem bioflok. Budidaya ikan nila dengan sistem
bioflok merupakan budidaya yang menjadi alternatif lain yang mulai banyak diterapkan
oleh para pembudidaya ikan pada saat ini. Sistem ini menjadi populer karena
jika dibandingkan dengan sistem konvensional mempunyaikelebihan diantaranya
lebih irit pakan dan tingat kematian ikan lebih kecil.
Sistem bioflok telah diterapkan
pada beberapa budidaya ikan diantaranya ikan lele, udang dan tidak menutup
kemungkinan dapat juga diterapkan pada ikan lain diantaranya ikan nila. Bioflok
adalah gumpalan atau agregat yang berisi mikroorganisme yang sangat baik untuk
pakan ikan. Selain terdapat mikroorganisme, bioflok juga terdiri dari bahan
organik dan non organik, kation, dan polimer organik. Bahan organik dalam
bioflok tersebut berisi 2-20% mikroorganisme dan 60-70% bahan organik lainnya,
sedangkan bahan anorganiknya berkisar 30-40%. Budidaya ikan nila sistem bioflok
adalah suatu sistem pemeliharaan ikan dengan cara menumbuhkan mikroorganisme
yang berfungsi mengolah limbah budidaya itu sendiri menjadi gumpalan-gumpalan
kecil (floc) yang bermanfaat sebagai makanan alami ikan. Pertumbuhan
mikroorganisme di pacu dengan cara memberikan kultur bakteri non pathogen
(probiotik), dan pemasangan aerator yang akan menyuplai oksigen sekaligus
mengaduk air kolam.
Budidaya Ikan Nila dimulai
dengan penebaran benih nila berukuran sekitar 4 gram dalam kolam bak semen
seluas 160 m2 dengan kepadatan 38 ekor per m2 pada salinitas 10 ppt. Pakan
komersil (kandungan protein kasar 28%) diberikan pada bulan pertama sebanyak 4%
dari total berat badan. Berikutnya pada bulan kedua sebanyak 3,5%, bulan ketiga
sebanyak 3%, dan pada bulan keempat sebanayak 2,5%. Sebagai sumber karbon organik pemicu pembentukan flok, diberikan
molase sebanyak 300 ml. Molase diberikan setiap tiga hari sekali atau 2 kali
per minggu. Aerasi udara diberikan secara merata dengan jarak 2 m. Setelah
memasuki masa pemeliharaan bulan ketiga, kincir diberikan dengan tujuan untuk
menambah kandungan oksigen di kolam pemeliharaan.
Pemanenan pada ujicoba budiaya ikan nila dengan sistem bioflok ini dilakukan pada masa pemeliharaan 4 bulan. Hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 508 kg, dengan rata-rata berat ikan 154 gram . Jika hasil panen ikan nila tersebut dikonversi dalam satuan luas hektar adalah 31,74 ton/ha. Lebih dari setengah dari populasi ikan dapat dipanen atau dengan kata lain tingkat kelangsungan hidup (SR) Nila sebesar 55%. Sedangkan nilai konversi pakan (FCR) nya mendekati satu, yakni 1,06.
Penyebab SR rendah belum dipastikan lebih lanjut. Kemungkinannya adalah efek dari perubahan mikroba di kolam. Alga dan bakteri benang sering menjadi kerangka flok. Selama 3 kali pengamatan, diketahui bahwa terjadi suksesi mikroba yakni menghilangnya dominasi alga benang sebagai penyokong kerangka flok utama. Dominasi alga benang dapat dilihat dari flok yang berwarna hijau kebiruan dan ukuran flok yang besar.
Pemanenan pada ujicoba budiaya ikan nila dengan sistem bioflok ini dilakukan pada masa pemeliharaan 4 bulan. Hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 508 kg, dengan rata-rata berat ikan 154 gram . Jika hasil panen ikan nila tersebut dikonversi dalam satuan luas hektar adalah 31,74 ton/ha. Lebih dari setengah dari populasi ikan dapat dipanen atau dengan kata lain tingkat kelangsungan hidup (SR) Nila sebesar 55%. Sedangkan nilai konversi pakan (FCR) nya mendekati satu, yakni 1,06.
Penyebab SR rendah belum dipastikan lebih lanjut. Kemungkinannya adalah efek dari perubahan mikroba di kolam. Alga dan bakteri benang sering menjadi kerangka flok. Selama 3 kali pengamatan, diketahui bahwa terjadi suksesi mikroba yakni menghilangnya dominasi alga benang sebagai penyokong kerangka flok utama. Dominasi alga benang dapat dilihat dari flok yang berwarna hijau kebiruan dan ukuran flok yang besar.
Daftar Pustaka
Widodo. 2016. Budidaya Ikan Nila Dengan Sistem
Bioflok. http://www.gemaperta.com/2016/03/budidaya-ikan-nila-dengan-sistem-bioflok.html.
diakses pada tanggal 14 Oktober 2016.
Nama : Yudhi
Rizaldi
NIM : 15/383575/PN/14406
NIM : 15/383575/PN/14406
Meraup Untung dari Budidaya Ikan Nila
Meraup Untung dari Budidaya Ikan
Nila
Muhammad Saryanto warga Pusmalang Wukisari,
Cangkringan RT 04/RW 06, Sleman, Yogyakarta adalah salah satu dari sekian ratus
orang yang berhasil dalam usaha pembesaran ikan nila. Sejak tahun 2010, pria
berumur 47 tahun ini membudidayakan nila Raja Singa Super (nila RSS) yang
merupakan verietas baru pada jenis nila.
Ikan ini menurut Suryanto, mempunyai kecepatan
tumbuh lebih cepat dibanding nila umumnya, yaitu mampu panen dalam waktu 58
hari untuk ukuran konsumsi seberat 300-400 gram.
Munculnya ikan varietas baru, nila Raja Singa Super
(nila RSS), menggugah hasrat ketertarikan Saryanto terhadap Budidaya ikan
dimulai sejak tahun 2008. Saat itu ia membudidayakan ikan lele. Namun ketika melihat teman-temannya mampu meraup
untung melimpah dari Budidaya nila varietas baru ini, ia pun beralih
membudidayakan nila RSS. Dia lantas mendatangi pelopor usaha pembibitan nila
RSS, yaitu Rahadian Surya yang punya tambak di Cangkringan Sleman Yogyakarta,
dan dari situlah ia membeli benih nila RSS.
Berbekal modal awal Rp4 juta, Saryanto membeli
benih ikan nila RSS. Varietas baru ikan nila ini merupakan hasil perkawinan
silang anakan ikan nila Raja Singa yang memiliki nama asli Citralada dengan
indukannya.
Saat mencoba memulai usaha pembesaran ikan nila RSS
dengan modal tersebut, Saryanto membeli benih ikan seukuran kira-kira ukuran 2
jari dengan jumlah 6 ribu ekor benih untuk satu kolam ukuran 5 m x 10 m x 1 m.
Benih tersebut ia beli seharga Rp 1,2 juta atau
harga benih per ekor Rp 200. Sisa modal Rp 4 juta tersebut digunakan Saryanto
untuk membeli pupuk, pakan, dan peralatan Budidaya seperti terpal, jaring,
lambit, dan lainnya.
Dari hasil tebar 6 ribu ekor ikan nila RSS itu,
didapat hasil panen yang ternyata lumayan besar 529 kg. Dari situlah Saryanto
akhirnya berpikir untuk menambah kolam pembesarannya sebanyak 4 kolam.
Kolam-kolam tersebut berukuran 5 m x 10 m x 1
meter. Saryanto sebelumnya sudah memiliki kolam tanah sebanyak 15 kolam. Kolam
itu sebelumnya dipakai untuk Budidaya ikan lele.
Menurut Saryanto, pemakaian kolam tanah sangat baik
dibanding memakai kolam beton. Hal ini karena Budidaya ikan pada kolam tanah
akan membantu penyediaan pakan alami untuk ikan terutama plankton. Perombakan
sisa pakan dan metabolisme ikan juga bisa terurai secara alami.
Selain itu, dari segi ekonomis biaya yang
dikeluarkan untuk membuat kolam tanah relatif murah. Berbeda dengan Budidaya
ikan di kolam beton/semen, penyediaan pakan alami pada kolam beton lebih
sedikit, dan proses penguraian alami sulit terjadi. Biaya yang dikeluarkan
untuk membuat kolam semen juga lebih mahal.
Kolam untuk Budidaya ikan ini tidak perlu dikuras,
karena menggunakan konsep air mengalir/tidak tergenang, ditunjang dengan sistem
inlet (pemasukan) dan outlet (pengeluaran) air, sehingga air di kolam
pemeliharaan berganti otomatis tiap hari. Kolam Budidaya ini bisa memanfaatkan
aliran air dari mata air atau sungai. (hiu)
Daftar Pustaka:
Red. 2016. Meraup Untung Dari Budidaya Ikan Nila. http://www.suarakarya.id/2016/01/21/meraup-untung-dari-budidaya-ikan-nila.html. Diakses pada 14 Oktober 2016 pukul 08.32 WIB.
Nama : Mutiara Kurnia Wati
NIM : 15/383565/PN/14396
Kamis, 13 Oktober 2016
BUSMETIK, SOLUSI PETAMBAK UDANG SKALA KECIL
BUSMETIK, SOLUSI PETAMBAK UDANG SKALA
KECIL
Pengembangan teknologi Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik atau yang dikenal dengan Busmetik saat ini sedang gencar digalakkan. Pengembangan Busmetik merupakan upaya meningkatkan produktivitas dan efisien produk hasil perikanan yang makin diminati pasar lokal dan internasional.
Busmetik
merupakan pengembangan teknologi budidaya udang, yang saat ini dijadikan media
pembelajaran untuk mencetak peserta didik yang terampil dalam budidaya udang.
Mengapa udang? Tak lain karena hingga saat ini udang menjadi komoditas bisnis
yang sangat menguntungkan.
Teknologi
Busmetik merupakan hasil kajian empiris sejak akhir tahun 2009, yang dilakukan
oleh civitas akademika Sekolah Tinggi Perikanan (STP). Inilah instrument pokok
dalam pembelajaran pendidikan vokasi untuk program studi Teknologi Akuakultur
di STP Serang, Banten.
Banyak
keuntungan dari teknologi Busmetik, antara lain biaya murah sehingga terjangkau
oleh petambak kecil dan menegah. Pengolahan tambak pun menjadi lebih mudah
karena luasan petak menjadi lebih kecil dibandingkan tambak
ekstensif/tradisional.
Teknologi
Busmetik sangat cocok untuk budidaya udang vannamei (Litopeneus vannamei)
karena udang vannamei dapat dipelihara dalam kepadatan tinggi, di atas 100
ekor/m3. Selain itu, udang vannamei memiliki pertumbuhan lebih
cepat, lebih tahan terhadap penyakit, dan memiliki segmen pasar yang fleksibel.
Prosedur pemeliharaan
Beberapa komponen penting dalam
penerapan teknologi Busmetik, yaitu:
(1) Wadah budidaya.
(2) Media budidaya.
(3) Biota budidaya.
(4) Lingkungan sekitar.
Wadah
budidaya dibuat dengan dimensi yang tidak terlalu luas dan dilapisi plastik
jenis high density poly ethylene (HDPE) dengan ketebalan 0,5 mm.
Sementara kedalaman tambak berkisar 80—100 cm. Media budidaya, dalam hal ini
air, harus memenuhi kriteria secara fisik, kimia, maupun biologi. Di samping
itu, bebas dari hama dan penyakit. Biota budidaya yang akan dibudidayakan harus
sehat, berukuran seragam (PL 10—12) dan bebas dari penyakit. Sementara dalam
teknologi Busmetik, kondisi sekeliling tambak sangat berpengaruh. Oleh sebab
itu, tambak hendaknya dikelilingi ekosistem mangrove.
Udang vannamei memiliki pertumbuhan lebih cepat dan lebih tahan terhadap penyakit (istimewa).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Pusluh), proses pemeliharaan udang pada teknologi Busmetik diawali dengan penyiapan petakan tambak. Dimensi tambak berbentuk empat persegi panjang dengan luas 600—1.000 m2. Petakan tambak yang dilapisi plastik akan sangat memudahkan persiapan. Tambak cukup dikeringkan 1—2 hari, lalu dibersihkan dan selanjutnya siap diisi air.
Kegiatan
selanjutnya adalah pensucihamaan dengan mengunakan kaporit. Dosis kaporit yang
digunakan 50—60 mg per liter. Setelah 2—3 hari, air di dalam tambak akan netral
dari klorin dan siap untuk diberikan bakteri probiotik jenis Bacillus.
Berdasarkan
rilis Pusluh, ada dua faktor penting yang harus diperhatikan dalam memberikan
probiotik jenis Bacillus. Pertama, stochastic, yaitu berkaitan
dengan waktu untuk memberikan probiotik. Kedua, deterministic, yaitu dosis yang
cukup agar Bacillus mampu menjalankan perannya dengan baik.
Berdasarkan
pemahaman terhadap kedua faktor tersebut, dalam teknologi Busmetik, Bacillus
diberikan pada awal persiapan setelah air tambak netral dari klorin. Hal ini
dimaksudkan agar Bacillus mendominasi mikroorganisme pada media
pemeliharaan. Selanjutnya, pemberian Bacillus dilakukan secara berkala
hingga akhir pemeliharaan untuk mempertahankan populasinya dalam air tambak.
Pengalaman lapangan membuktikan, aplikasi Bacillus dengan cara seperti
ini mampu mempertahankan kualitas air tambak lebih lama sehingga udang lebih
stabil dan meminimalkan pergantian air.
Teknologi
Busmetik telah terbukti menghasilkan panen udang dengan maksimal, yaitu tiga
kali panen dalam 1 tahun. Tak heran jika pada tahun 2013, teknologi Busmetik
mendapatkan apresiasi dari Menteri Kelautan dan Perikanan, yang waktu itu
dijabat oleh Sharif C. Sutardjo.
Sebagai
contoh, berdasarkan pengalaman kelompok pembudidaya ikan Posdaya Mulyosari di
Desa Sidomulyo, Ngadirejo, Pacitan, Jawa Timur, empang seluas 600 m2
dengan padat tebar tinggi 250 ekor/m3 menghasilkan 2.280 kg udang
vannamei. Volume panen sudah memperhitungkan kelangsungan hidup udang selama
budidaya sebesar 95%.
Empang
plastik dapat dipakai untuk 3 kali siklus budidaya. Dengan investasi awal
sebesar Rp 165 juta dan ongkos operasional Rp 67 juta, pendapatan per siklus
mencapai Rp 114 juta. Bila dihitung setiap siklus, petambak Busmetik dapat
memetik laba bersih sebesar Rp 47 juta di luar nilai investasi.
Produksi
udang harus terus ditingkatkan guna mendongkrak peningkatan produksi perikanan
budidaya secara nasional. Oleh sebab itu, di samping mengembangkan wirausaha
dan perluasan lapangan pekerjaan, berbagai upaya akan terus dilakukan termasuk
inovasi teknologi, salah satunya dengan teknologi Busmetik. Melihat hasil
produksi udang yang sangat menjanjikan dalam Busmetik, sudah saatnya inovasi
teknologi ini dapat diterima oleh masyarakat secara luas, terutama pelaku
perikanan budidaya. Dengan begitu, keberhasilannya diharapkan dapat
meningkatkan produksi udang nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kala itu,
Sharif mengatakan bahwa teknologi Busmetik mampu meningkatkan produktivitas
udang sehingga perlu terus dikembangkan. Harapannya, pengembangan tidak hanya
dilakukan pemerintah, melainkan juga pihak swasta. Sharif menerangkan bahwa
sejumlah tenaga ahli perikanan dari negara lain juga sudah mempelajari teknik
budidaya tersebut dan berharap bisa dikembangkan di negaranya masing-masing.
Tenaga ahli perikanan asing tersebut antara lain nerasal dari Thailand,
Vietnam, Malaysia, Filipina, India, dan China.
“Kesempatan
memproduksi udang dengan teknologi Busmetik harus bisa dimanfaatkan Indonesia,
mengingat sejumlah negara pesaing saat ini produksi udangnya gagal karena
terserang penyakit ‘Early Mortality Syndrome (EMS)’ yang mematikan,” ujarnya.
“Saya berharap agar di masa datang Indonesia tidak tertinggal lagi soal
budidaya udang dari negara yang justru sebelumnya belajar dari kita. Kemampuan
teknologi ini hendaknya bisa terus ditingkatkan dan terus dilakukan inovasi” (Althaf
Danayah).
Daftar Pustaka:
Anonim. 2016. Busmetik, Solusi Petambak Udang Skala Kecil. http://infoakuakultur.com/blog/busmetik-solusi-petambak-udang-skala-kecil/#prettyPhoto. Diakses pada 13 Oktober 2016 pukul 13.18 WIB.
Nama : Dyah Ayu Dwi Lestari
NIM : 15/383470/PN/14301
Mengenai Saya
Diberdayakan oleh Blogger.